pengamatan etika mahasiswa di kampus

etprof – Kata Pengantar etprof – Cover etprof – Paper

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

 

Sebagai seorang mahasiswa, saya menghabiskan waktu 50% berada di dalam lingkungan kampus. Oleh karena itu, nampak sangat jelas bahwa terdapat etika etika tertentu yang terdapat di lingkungan saya ini. Meski etika ini sering dilupakan maupun tidak diperhatikan, Pada dasarnya etika itu selalu ada dan diajarkan dari sejak lingkungan keluarga, maka dari itu kita menjalankannya secara sadar maupun tidak sadar. Akan tetapi, hal ini terkadang tidak berlaku bagi mahasiswa yang kurang mendapatkan pengajaran dasar tersebut.

 

Mahasiswa yang pada dasarnya pelaku di dalam pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang relitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri.

sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki etika, seperti mahasiswa yang tidak memiliki sopan dan santun kepada para dosen, tidak menyapa, berpakaian tidak senonoh, menaruh meja di kaki, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika.

Maka dari itu di pembahasan selanjutkan akan di bahas secara mendalam bagaimana peranan etika dalam kehidupan mahasiswa dan bagaimana seharusnya mahasiswa beretika dalam lingkunganya dan bagaimana membangun etika baik dalam lingkungan mahasiswa mahasiswa itu sendiri.

Apabila mahasiswa masih belum menyadari betapa pentingnya etika di dalam pembentukan karakter-karakter seorang penerus bangsa dan negara, akankah bangsa Indonesia untuk di masa yang akan datang di isi oleh penerus-penerus bangsa yang tidak beretika ?

1.2       RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah,

  1. Apa pengertian dari mahasiswa serta bagaimana peran dari seorang mahasiswa dan apa pengertian etika serta sampai sejauh mana peranan etika?
  1. Apa sajakah etika yang ada di dalam lingkungan kampus?
  1. Apakah etika tersebut berjalan dengan semestinya?
  1. Bagaimana seharusnya seorang mahasiswa beretika dalam lingkungannya ?
  1. 5. Bagaimana cara membangun etika dalam diri mahasiswa ?

1.3        Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan permasalahan pada 1.2 di atas, tujuan penelitian tentang ” Etika Kampus” adalah

  • Mengetahui pentingnya etika dalam kehidupan mahasiswa di kampus
  • Membina diri agar menjadi mahasiswa seutuhnya
  • Agar mampu menjadi pribadi yang kritis dan pemikir
  • Agar mampu menerapkan etika dalam kehidupan sehari hari

1.4       Kerangka Teori

  1. Pengertian Mahasiswa
  • Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1989).

  • Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan itelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara moril akan dituntut tanggung jawab akdemisnya dalam menghasilkan buah karya yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
  1. Peran Mahasiswa

Adapun peran mahasiswa dalam lingkungan kampus yakni,

  • Menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif dalam kampus
  • Menjunjung tinggi nilai ilmiah
  • Hubungan yang kondusif dengan dosen dan karyawan
  • Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku
  • Kembangkan gairah membaca, menulis dan menggunakan komputer dengan

perilaku positif

  • Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap peraturan
  • Memiliki target-target pribadi sambil mengintrospeksi diri
  • Kooperatif kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kelompok

di kampus

  • Melaksanakan tugas-tugas yg sifatnya divergen : berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas

dari dosen

  • Menjaga keutuhan peralatan media belajar
  • Kebersihan dan keindahan kampus
  1. Pengertian Etika
  • Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).
  • Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.(Suseno, 1987).
  1. Peranan Etika

Adapun peranan etika yakni, dengan etika seseorang/kelompok mampu mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia, menjadi alat control atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang/kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa, etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang, etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya, etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

 

1.5       Sumber Data

Adapun sumber data yang penulis gunakan adalah pengamatan, internet, dengan beberapa kutipan dari buku di perpustakaan kampus.

1.6       Metode dan Teknik

Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif, sedangkan teknik yang penulis gunakan adalah observasi dan teknik studi pustaka

BAB II

ISI

2.1       Definisi dan Landasan Teori etika

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”.

Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “mos”, dan dalam bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal – hal Dan tindakan yang buruk. Etika dan moral mirip, tetapi dalam kegiatan sehari – hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah pengkajian sistem nilai – nilai yang berlaku. Setiap komunitas memiliki sistem nilai masing – masing, baik dari unit komunitas yang paling kecil yaitu keluarga, komunitas dunia pendidikan/persekolahan, dan komunitas yang lebih luas lagi yaitu, masyarakat. Para anggota komunitas itu dituntut untuk dapat memahami dan menjalani sistem nilai yang berlaku. Begitupun di lingkungan kampus, setiap civitas akademika diharapkan ikut membangun sistem nilai di lingkungan kampus, baik dosen, karyawan dan mahasiswa.

Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu:

  1. Nilai-nilai kenikmatan

Dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang dapat menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

  1. Nilai-nilai kehidupan

Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, dan kesejahteraan umum.

  1. Nilai-nilai kejiwaan

Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Misalnya nilai keindahan, kebenaran maupun lingkungan.

  1. Nilai-nilai kerohanian

Dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Misalnya nilai-nilai pribadi. Ada empat macam nilai-nilai kerohanian, yaitu:

  1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)

manusia.

  1. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada perasaan

manusia.

  1. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsure

kehendak manusia.

  1. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Jadi norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Antara norma dan etika memiliki hubungan yang sangat erat yaitu etika sebagai ilmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:

  1. Dengan etika seseorang atau kelompok ( termasuk di dalamnya adalah mahasiswa) dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
  1. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang ataskelompok (

termasuk di dalamnya adalah mahasiswa) dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa

  1. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang  kita hadapi

sekarang.

  1. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam

menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.

  1. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan

etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

2.2       Kaitan Etika dengan Mahasiswa

Sebagai mahasiswa seharusnya kita menjunjung tinggi sikap moral dan etika terhadap dosen, terhadap sesama mahasiswa dan terhadap orang-orang di lingkungan kampus, namun kadang mahasiswa merasa paling berkuasa sehingga tidak mengontrol diri dan bersikap semaunya. Tidak hanya di dalam kampus bahkan di luar kampus, sebagai contoh ketika mahasiswa sedang berdemo sering kali mereka bersikap anarkis sehingga merugikan banyak orang lain. Padahal pada saat berdemo seharusnya mereka hanya menyampaikan suatu aspirasi tanpa harus berikap anarkis.

Tentunya hal ini tidak patut dilakukan oleh mahasiswa manapun karena mahasiswa seharus nya memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat, karena mahasiswa adalah penerus masa depan bangsa sudah seharusnya mahasiswa mencerminkan sikap dan contoh yang baik terhadap orang lain bukan malah sebalik nya.

Sikap dan perbuatan mahasiswa yang kurang baik tentunya tidak patut untuk kita contoh, untuk itu untuk menghindari sikap seperti itu kita harus bepedoman kepada agama karena dari agama kita belajar mana yang di larang dan mana yang tidak dilarang, orang tua pun berperan penting dalam mengawasi setiap kegiatan anak-anak nya di kampus maupun di luar kampus, dan juga perbanyak kegiatan di kegiatan organisasi kampus itu adalah hal yang positif karena tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar dengan sungguh-sungguh agar menjadi pnerus yang baik bagi bangsa di masa depan.

Hubungan etika dengan mahasiswa sangat erat kaitanya, karena dengan etika mampu mengontrol mahasiswa-mahasiswa sehingga tidak melakukan hal-hal yang mampu merugikan banyak pihak. Contohnya tadi, etika mampu menjadi control ketika mahasiswa berdemostrasi sehingga tidak melakukan anarkis.

Di era globalisasi ini dimana telah banyak terjadi perubahan-perubahan besar, yang akibatkan oleh beberapa hal (secara umum)yaitu perkembangan IPTEK, urbanisasi, dan tuntutan hidup, dimana perubahan tersebut mengarah ke kualitas, pergeseran nilai dan norma, gaya hidup yang semakin hedonistis/hedoniawan, budaya glamour.

Sehingga seorang mahasiswa yang beretika mampu berperan dalam dalam pembangunan masyarakat, Menjadi filter dari pengaruh buruk di era globalisasi, Menjadi alat kontrol dalam melakukan aktivitasnya, dan Berusaha memperbaiki dan menjaga moral agar kelestarian moral tetap terjaga.

Kesimpulan dari hal di atas, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, hal pertama “komitmen” yang memiliki arti senantiasa ingin melaksanakan sesuatu dengan baik dan benar, serta memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan yang diikuti, hal kedua adalah adanya “kesadaran” yang merupakan persoalan moral yang dimiliki seseorang untuk memahami dan menerima serta menentukan pilihan-pilihan dalam situasi yang konkrit dengan mendasarkan pada aturan yang ada, hal ketiga adalah “kompetensi” yang menunjukkan kemampuan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan moral, yang mencakup apa saja yang ada dan menentukan pilihan dari berbagai alternatif tersebut. Hal-hal yang telah dijabarkan diatas merupakan bagian dari pembentukan moral dan sikap moral yang harus dan mutlak dimiliki oleh mahasiswa.

2.3       Etika Mahasiswa di dalam Kampus

(dikutip dari buku “PANDUAN AKADEMIK MAHASISWA”)

2.3.1 Maksud Tujuan Etika Mahasiswa

  1. a) Membentuk citra mahasiswa sebagai insan yang memiliki kesungguhan untuk menjadi manusia berkarakter, intelek, dan unggul.
  2. b) Membentuk citra mahasiswa sebagai agen perubahan yang memiliki integritas.
  3. c) Membentuk citra mahasiswa sebagai salah satu anggota civitas akademika yang berdisiplin dan peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan.
  4. d) Membentuk manusia berahlak mulia.

2.3.2 Etika Umum Mahasiswa

  1. a) Selalu berusaha keras untuk dapat menyelesaikan studi dengan cepat dan hasil yang sebaik-baiknya.
  2. b) Siap saling membantu sesama koleganya dalam hal-hal positif.
  3. c) Mengikuti kegiatan tatap muka di kelas secara disiplin.
  4. d) Berusaha memenuhi komitmen waktu dan memberi pemberitahuan apabila terjadi perubahan janji.
  5. e) Tidak merokok di sembarang tempat, kecuali di tempat yang disediakan

2.3.3. Etika Mahasiswa dalam Berpakaian

  1. a) Berpakaian yang sopan mencerminkan sikap insan terpelajar.
  2. b) Pakaian yang sesuai bagi mahasiswa bersifat formal atau semi formal, misalnya paduan kemeja, kaos berkerah/tanpa kerah dengan celana panjang, dan bersepatu, untuk mahasiswa; atau misalnya paduan blus, kaos berkerah/tanpa kerah dengan rok atau celana panjang, dan bersepatu.
  3. c) Pakaian resmi mahasiswa di dalam/di luar kampus adalah: pakaian seperti ketentuan di atas, ditambah dengan jaket almamater.
  4. d) Mahasiswa harus senantiasa menjaga kebersihan dan kerapihan pakaiannya.

2.3.4. Etika Mahasiswa dalam Pergaulan

Dalam rangka menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif di dalam dan di luar lingkungan kampus, perlu diketahui etika perilaku sebagai mahasiswa adalah sebagai berikut:

  1. a) Senantiasa menjaga kesantunan dan sikap saling menghormati / menghargai, kepada tenaga pendidik, karyawan dan sesama mahasiswa.
  2. b) Menggunakan bahasa pergaulan yang mencerminkan sikap saling menghargai.
  3. c) Bersikap ramah dan sopan kepada tamu yang datang di kampus.

2.3.5. Larangan Bagi Mahasiswa

Setiap mahasiswa dilarang :

  1. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma dan peraturan perudang-undangan yang berlaku
  2. Menyalah gunakan nama, lembaga dan segala seluruh tanda/atribut Utama.
  3. Memalsukan atau menyalah gunakan surat atau dokumen Utama.
  4. Menghambat atau menggangu kelangsunganya kegiatan di Utama.
  5. Merusak ruangan, kenyamanan suasana lain milik Utama
  6. Menimbulkan atau mencoba menimbulkan ketidak tertiban
  7. Melanggar atau mengabaikan tata krama akademik maupun fakultas

(Tambahan dari hasil pengamatan)

2.3.6. Hubungan dengan dosen

  • Menyapa dosen ketika bertemu
  • Menghadap dosen dengan sopan ketika ada keperluan
  • Bertanya / mengemukakan pendapat dengan baik
  • Membenahi kelas agar tercipta kenyamanan saat proses pembelajaran
  • Disiplin dalam ruangan, tidak berbicara/membuat kegaduhan dengan teman, tidak menaruh kaki diatas meja, tidak membuang sampah sembarangan dan lain lain
  • Kehadiran dalam kelas, tidak pernah bolos atau tidak hadir tanpa keterangan
  • Tidak memotong perkataan dosen saat ia menjelaskan/mengasistensi karya kita
  • Kegiatan pada jam istirahat, menggunakan jam istirahat sebagaimana mestinya dengan efektif dan efesien.
  • Mengirimkan pesan LINE/SMS dengan sopan, hindari untuk mentelefon maupun mengirimkan pesan kepada dosen di jam jam sibuk atau tengah malam.
  • Tidak terlambat dan menggangu dosen yang sedang mengajar, apalagi memaksa untuk absen padahal sudah ditekankan bahwa hanya ditunggu 15-30 menit untuk absen selain itu tidak diterima.
  • Jika ingin melakukan asistensi, mahasiswa diharapkan melakukannya di dalam kelas, jika terpaksa, hubungilah dosen dengan sopan dan seminggu sebelummnya, tidak sehari sebelumnya. Aturlah janji bertemu yang tidak merepotkan dosen dan jangan marah jika dosen tidak bisa bertemu di luar kelas, tanyakanlah apabila kita boleh mengirimkan melalui email.

2.3.6. Hubungan antara sesama Mahasiswa

  • Membangun saling percaya antar rekan mahasiswa
  • Komitmen dan disiplin yang bersifat terbuka, dan mau menerima pendapat rekan mahasiswa lainnya
  • Saling berbagi informasi
  • Saling menghargai karya dan tidak plagiat
  • Saling member dukungan dengan cara elegant dan gentle
  • Mau menerima rekan dengan tulus yang mau bersahabat
  • Terampil mengelola situasi konflik menjadi situasi problem solving
  • Menganggap rekan mahasiswa sebagai mitra belajar bukan saingan
  • Selalu menyapa rekan mahasiswa (junior-senor)
  • Saling mengingatkan ketika ada tugas

.     Saling menghormati pendapat dalam diskusi kelompok

  • Memberi komentar secara objektif dan positif
  • Tidak memfitnah
  • Melakukan pergaulan secara wajar dengan menghormati nilai-nilai agama, kesusilaan, dan kesopanan

Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa

berdemonstrasi menuntut keadilan etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis. Dengan etika mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa yang apabila sedang berdemonstrasi memaknai kebebasan dengan kebebasan yang tidak bertangung jawab.

Di bawah ini adalah kesimpulan saya terhadap etika di kampus yang perlu diinternalisasi dalam diri mahasiswa :

  1. Menaati peraturan yang ditetapkan oleh Fakultas dan Para Dosen yang mendidik kita.
  1. Menganggap teman sesama mahasiswa sebagai teman sejawat yang harus saling membantu dan menganggapnya sebagai pesaing secara sehat dalam berkompetisi meraih prestasi akademis.
  1. Menjunjung tinggi kejujuran ilmiah dengan menaati kaidah keilmuan yang berlaku seperti menghindari tindakan menyontek, plagiat, memalsu tandatangan kehadiran dan tindakan tercela lainnya.
  1. Berperilaku sopan dan santun dalam bergaul di lingkungan kampus dan di masyarakat umum sebagai manifestasi dari kedewasaan dalam berfikir dan bertindak.
  1. Berpenampilan elegan sesuai dengan mode yang berlaku saat ini tanpa harus melanggar tata tertib berpakaian di kampus.
  1. Berfikir kritis, rasional dan ilmiah dalam menerima ilmu pengetahuan baru, bisa mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah dengan menguji setiap masukan dengan cara mengkonfirmasikan ke sumbernya.
  1. Mempunyai prinsip yang jelas dalam berpendirian di dasari dengan kerendahan hati tanpa harus tampak sombong atau angkuh.

2.4       Penyimpangan etika di kampus

Dalam kehidupan kampus dengan segala fasilitas dan hak yang dimiliki seorang mahasiswa, kita terlebih dahulu harus melaksanakan kewajiban kita barulah kemudian mendapatkan hak sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa sebagai kelompok terpenting dalam sebuah masyarakat memiliki kewajiban yaitu menuntut ilmu, menguasai ilmu dengan sungguh-sungguh agar menjadi seorang yang berguna yang mengaplikasikan atau mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan tempat dimana ia tinggal, mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah perturan yang tidak menyimpang dari ketetapan hukum-hukum dan nilai-nilai, norma-norma yang ada. Selain itu mahasiswa juga harus menjalankan peranan penting sebagai pencetus perubahan dan revolusi. Akan tetapi dalam hal ini, masih banyak terlihat di kalangan mahasiswa terlalu mengandalkan bantuan orang lain dan memanfaatkan kelonggaran kelonggaran untuk kepentingannya sendiri.

Sebelum saya menjabarkan beberapa penyimpangan yang sering terjadi, terlebih dahulu saya ingin menceritakan apa yang saya amati mengenai sebab etika etika ini sering dilupakan/dilanggar :

  1. Kurangnya Kesadaran akan pentingnya menerapkan etika

Kita sudah diajarkan mengenai etika oleh orangtua kita sedari kecil. Semenjak usia sekolah, kita juga diajarkan budi pekerti oleh guru. Dasar dasar etika ini sangat bergantung pada lingkungannya. Jika lingkungan keluarga mampu menanamkan etika etika pada anak mereka sedari kecil, kemungkinan bahwa etika itu akan dibawa hingga dewasa. Namun sayangnya, yang terjadi adalah, kita sebagai mahasiswa mulai melupakan etika etika yang dulu kita pelajari dengan anggapan “jadul” atau “tidak keren” waktu umur 13 tahunan, saat kita mulai bergaul, kita mulai mengalami integrasi atau penggabungan penggabungan norma yang terkadang merubah sikap kita.

Contohnya kasus : pada saat saya memasuki SD, anak anak di SD tidak lagi memanggil diri sendiri dengan panggilan “aku” atau “saya” seperti yang diajarkan oleh orangtua saya, melainkan dengan “gue” atau “elu” saya yang masih memanggil diri dengan “saya” dan memanggil orang lain dengan “kamu” dianggap aneh. Pada masa masa SMP dan SMA inilah banyak etika etika yang diajarkan sedari kita kecil digantikan oleh tren yang berlaku saat itu.

Ketika kita memasuki perkuliahan, etika etika sopan santun sering hanya menjadi teori belaka. Tidak lagi dipraktekkan dan di pedulikan meskipun kita sebenarnya tau.

Namun, etika bersifat dinamis dan berbeda di lingkungan lingkungan tertentu, ada yang namanya etika khusus yang baru akan kita ketahui seiring berjalannya waktu yang kita habiskan di lingkungan tersebut misalnya, ada etika bahwa kita tidak boleh membawa USB dan HP saat bekerja di kantor desain karena takut adanya pencurian data.

  1. Stress

Dalam menjadi mahasiswa, tekanan dari tugas tugas kuliah dapat memicu terjadinya penyimpangan etika. Tugas yang sulit dengan deadline yang dekat akan membuat mahasiswa mengincar metode metode pengerjaan tugas yang tidak beretika, misalnya plagiatisme, membohongi dosen dan sebagainya.

Contoh kasus : mahasiswa desain yang mendapatkan tugas membuat logo hanya mencari di internet, mengganti warnanya dan mengumpulkannya.

Tampaknya, mahasiswa lebih takut mendapat nilai yang jelek dan tidak percaya diri terhadao hasil mereka. Seharusnya, faktor nilai bukanlah menjadi faktor penentu dalam penilaian mengenai mahasiswa sehingga dapat menurangi faktor stress terhadap tugas yang diberikan.

Faktor stress ini juga mempengaruhi sikap dan perilaku mereka, dimana mahasiswa yang sedang stress cenderung mencari pelarian pelarian yang bersifat negatif sehingga melanggar etika. Seperti keluar dari kelas ditengah pelajaran untuk merokok, dsb

Berikut adalah beberapa kasus yang saya temukan :

2.4.1    Keterlambatan

Dalam peraturan kelas yang dibacakan pada hari pertama memasuki kelas, kita sebagai mahasiswa sudah dibacakan bahwa keterlambatan adalah 15 – 30 menit (tergantung dosen yang mengajar). Namun sering sekali kita sebagai mahasiswa memanfaatkan kelonggaran itu.

Contoh kasus : Andre terlambat bangun dan masuk di kelas pukul 8.50, ia kemudian duduk dan mengikuti pelajaran, secara etika, ia harusnya tidak meminta absen karen sudah melewati batas jam masuk. Namun ia berkata pada dosen bahwa ia hanya terlambat 15 menit. Ia telah tidak jujur dan tidak bermoral dalam hal ini karena membohongi dosen dan menganggu dosen yang mengajar. Hal ini juga sering terjadi ditengah tengah ujian UTS maupun UAS.

2.4.2    Plagiatisme

Dalam pengerjaan tugas kita sebagai mahasiswa desain, ada saatnya kita mendapati banyaknya masalah digital copyright. Dimana era globalisasi menyebabkan mudahnya kita hanya mengkopi karya orang lain dan mengaku karya itu sebagai karya kita.

Contoh kasus : rita tidak percaya diri dan selama ini nilainya selalu jelek, besok tugas harus dikumpulkan dan ia malas mengerjakannya. Dia segera mengoogling dan menemukan beberapa logo yang bagus. Ia pun mendownloadnya, melakukan tracing dan mengubah warna logo tersebut. Ia kemudia mengumpulkan logo itu sebagai hasilnya.

2.4.3    Sopan santun

Mahasiswa terkadang tidak menyapa dosen yang lewat, tidak mendengarkan dosen yang sedang memberi materi, mengobrol, makan di kelas, mengankat kaki ke meja, menggunakan pakaian yang tidak sopan dan lain lain.

2.5       Pendidikan etika sebagai pembangunan karakter.

Berkaitan dengan etika yang perlu dibangun mahasiswa, dewasa ini sedang marak tema tentang ‘character building’ dalam dunia pendidikan, “revolusi mental” kata Jokowi. Oleh karena itu, saya ingin menilai etika sebagai suatu pendidikan yang dapat membangun watak dan karakter kita.

Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari – hari

Setiap civitas akademika diharapkan ikut membangun sistem nilai di lingkungan kampus, baik dosen, karyawan dan mahasiswa. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis. Dengan etika mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa yang apabila sedang berdemonstrasi memaknai kebebasan dengan kebebasan yang tidak bertangung jawab.

Berkaitan dengan etika yang perlu dibangun mahasiswa, dewasa ini sedang marak tema tentang character building dalam dunia pendidikan, yakni suatu pembentukan karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2.6       Etika Pergaulan

Untuk menjadi mahasiswa yang berhasil di masa yang akan datang, mahasiswa dituntut tidak hanya pintar dalam bidang akademik saja akan tetapi juga harus baik dalam pergaulan di dalam kampusnya. Karena di masa depan saat mahasiswa mulai memasuki dunia kerja mereka dituntut untuk tidak hanya pintar saja tapi juga harus mempunyai softskills.

Pusat Layanan Karir Terpadu (PLKT) Disnakertransduk Prov.Jatim telah mengadakan identifikasi 10 dari 40 faktor kualifikasi kunci kompetensi kerja yang bersifat soft skill yaitu jujur, tanggung jawab, komunikatif, kemauan belajar, teamwork, trust, aktif, loyal, ulet, adaftif. Sedangkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) ada dalam urutan nomor 17.

Bisa dilihat dari identifikasi kualifikasi tersebut bahwa pergaulan di dalam kampus juga sangat berperan penting dalam kompetensi kerja. Maka dari itu mulai dari awal masuk dalam dunia perkuliahan sangat dianjurkan untuk menerapkan etika pergaulan. Seorang mahasiswa dapat dikatakan sukses dalam bergaul apabila dia mampu berkomunikasi dengan baik, dapat beradaptasi dalam segala lingkungan, dapat mempertahankan kepercayaan diri terhadap orang lain,dapat bersikap jujur, bertanggung jawab dengan semua tindakan yang telah dilakukannya, mau terus belajar dan aktif untuk mencari informasi dan pengetahuan-pengetahuan yang baru, mampu bekerjasama dengan orang lain dan ulet dalam setiap pekerjaan yang dia lakukan. Apabila seorang mahasiswa mampu menerapkan hal-hal diatas, maka dikatakan mahasiswa tersebut sukses dalam bergaul dan dijamin akan sukses dalam karirnya di masa yang akan datang. Karena perusahaan-perusahaan besar membutuhkan seorang mahasiswa yang tidak hanya pintar tapi juga mampu menjadi sosok leader. Percuma saja mahasiswa pintar akan tetapi pergaulannya nol.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa etika pergaulan didalam kampus merupakan tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan mahasiswa di masa yang akan datang. Jadi sebagai mahasiswa merupakan suatu kewajiban bagi mereka untuk menerapkan etika pergaulan dalam kampus agar bisa menjadi seseorang yang sukses di masa yang akan datang .

2.6.1    Korelasi antara Etika Pergaulan Mahasiswa di Dalam Kampus dengan Dampak Sosialnya di Masyarakat

Sebagai insan kampus, dimata masyarakat pastilah seorang mahasiswa mempunyai image yang bagus, terpelajar dan hal-hal yang positif lainnya. Oleh karena itu sebagai mahasiswa haruslah kita menjaga image baik yang sudah dibangun dalam mindset masyarakat. Jangan sampai mahasiswa berbuat hal-hal yang malah menjatuhkan image mereka sendiri.

Dalam hal ini lagi-lagi etika pergaulan dibutuhkan dalam bersosial dengan masyarakat khususnya masyarakat yang ada di luar lingkungan kampus. Contohnya saja sebagai mahasiswa yang beretika kita harus saling membantu dan peka dengan keadaan sekitar, apa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang ada disekitar kita. Sebagai insan kampus yang memiliki etika pergaulan yang baik sebaiknya kita juga turut andil apabila dalam sebuah lingkungan masyarakat terjadi suatu permasalahan. Bisa jadi sumbangsih pemikiran kita bisa membantu memecahkan suatu permasalahan tersebut. Di dalam kampus, kita juga dituntut untuk mampu menyelesaikan persoalan-persoalan dan peka dengan keadaan di sekitar kampus. Contoh lainnya yaitu sebagai mahasiswa haruslah bersikap adaptif jadi mau di manapun dia berada haruslah bisa menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan baik, serta bisa bergaul dengan masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dan masih banyak lagi perbuatan yang menerapkan etika pergaulan di dalam kampus ke dalam masyarakat yang berada di luar kampus.

Dengan kata lain pergaulan yang ada di dalam kampus sangat berdampak pada masyarakat. Apabila dalam kampus saja mahasiswa mampu menerapkan etika pergaulan yang baik, pastilah dalam kehidupan social di masyarakat di luar lingkungan kampuspun mahasiswa tersebut juga mampu menerapkan etika pergaulan yang baik pula. Jadi sebagai mahasiswa haruslah mempertahankan image baik yang sudah ditanam dalam pikiran masyarakat, jangan sampai mereka berubah pemikiran akibat para mahasiswa melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bertanggung jawab seperti tawuran, demo yang tidak bertanggung jawab dan menganggu masyarakat lainnya. Sangat disayangkan apabila kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepada mahasiswa harus hilang begitu saja akibat perbuatan-perbuatan yang tidak penting tersebut.

pengamatan etika mahasiswa di kampus

BAB 1

“Manusia dan alam Semesta”

  • Hakikat Kebenaran

4 kebenaran besar oleh EF Schumacher.

  1. Eksistensi (dunia/alam semesta)

Menyangkut kebenaran tentang adanya empat tingkat eksistensi dunia, yaitu benda tumbuh tumbuhan, hewan dan manusia. Terdapat hal pokok yang membedakan 4 eksistensi ini yaitu kesadaran dan budi pekerti.

  1. Alat (yang dipakai untuk memahami dunia)

Disini hendaknya diterpkan asas ratio, dimana dalam menilai etika, moral, spiritual, nilai dan lain sebagainya tidak dapat selalu mengandalkan pendekatan ilmiah (rasional) ada sisi kemanusiaannya.

  1. Cara (cara bertindak)

Adalah kebenaran tentang cara belajar dan bertindak kita bagaimana kita merespon suatu peristiwa dengan 4 bidang pengetahuan yang saling berkonflik. Saya-batin, saya-lahiriah, dunia-batin,dunia-lahiriah. Contohnya, jika kita sedang diet, lalu kita makan, maka akan muncul perasaan bersalah akibat batin kita berkonflik dengan kebutuhan lahiriah kita akan makanan. Hal ini juga akan berakibat dengan cara pandang dunia (orang lain) kepada kita.

Contoh lainnya, jika kita mencontek, maka rasa malas kita akan berkonflik dengan rasa bersalah kita. Dan orang lain yang melihat kita mencontek mungkin juga akan terpengaruh dengan perbuatan kita. Maka batin dan lahiriah akan selalu bertentangan.

  1. Hidup

Kebenaran tentang hidup yaitu hidup selalu mempunyai masalah. Masalah dalam buku ini dibagi 2 yaitu masalah konvergen(bertitik temu) dan divergen(bertitik pisah). Masalah ini tidak dapat dipecahkan dengan cara yang sama

Contoh masalah konvergen : tito mencuri pensil tina, maka setelah diusut, diketahuilah bahwa tito yang mencuri pensil tina. Hal ini juga sama dengan masalah pengadilan manapun dimana pelakuknya dapat bertitik temu.

Contoh masalah divergen : kasus pebocoran UN. Yang membocorkan adalah gurunya, tapi guru tersebut juga ditekan atasannya. Atasannya ditekan lagi oleh atasannya lagi. Sama seperti masalah lamanya waktu boarding time. Dalam kasus kasus seperti ini, siapa yang bisa kita salahkan? Masalah terus melebar tanpa titik temu yang jelas.

  • Hakikat Eksistensi (Dunia/Alam Semesta)

Hakikat eksistensi Mangacu pada adannyakecenderungan yang disodorkan oleh saintisme modern yaitu paham yang sering disebut materialistik, Mekanik dan deterministik yang memandang alam semesta sebagai suatu mesin yang bekerja secara mekanik dan mampu dimengerti dan diselesaikan persoalannya dengan penggunaan pendekatan ilmiah dan rasional.

Schumacher membagi tingkatan tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut:

  1. Benda P                                  benda mati
  2. Tumbuhan                         P + X                            hidup
  3. Hewan P + X + Y                      hidup dan sadar
  4. Manusia P + X + Y + Z                kesadaran spiritual

Berdasarkan urutan ini, manusia berada pada tingkat keempat, yaitu yang tertinggi dan paling kompleks. Manusia selalu dianggap memiliki derajat lebih tinggi daripada hewan. Namun, apakah tindakan keji dan sadis yang dilakukan manusia terhadap hewan dapat diterima dalam masyarakat? Tidak.

Secara rasional, tidak salah bagi manusia untuk membunuh hewan. Namun ada sisi spiritual manusia yang menganggap perbuatan membunuh itu kejam, meskipun dilakukan kepada he­­wan.

Oleh karena itulah, dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada suatu hal yang bersifat fisik saja. Hal hal yang tidak dapat ditangkat oleh pancaindera kita secara fisik juga merupakan bagian dari hakikat keberadaan.

  • Hakikat Manusia

Terdapat kecenderungan peneliti dan para ahli untuk mengartikan hakikat manusia secara sepotong potong. Contohnya. Karl mark mengatakan bahwa hakikat riil manusia adalah keselurhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia itu hidup.

Hal ini juga dapat diamati jika kita mengamati perkembangan dan aliran dalam aliran psikologi manusia. McDavid dan Harari mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut :

  1. Psikoanalisis

Melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan keinginan terpendam (homo Volensi) tokoh tokohnya adalah Freud, jung. Abraham,horney dan brion.

  1. Behaviourisme

Menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan. Teori ini mengangga bahwa manusia sebagai mesin (homo Mechanicus) lahir bagaikan sebuah kertas putih. Ia akan belajar dari lingkungan sebagai pembentuknya menjadi seorang individu. Tokohnya adalah hull, miller. Dan Dollard, Rotter.

  1. Kognitif

Menganggap manusia sebagai makhluk yang berfikir aktif dalam mengorganisasika dan mengolah segala informasi dan stimulasi yang diterimanya (homo sapiens) artinya, manusia ada karena berfikir. Bukan hanya pasif terbentuk dari lingkungan. Tokonya adalah Lewin,Heider, Festinger, piaget.

  1. Humanisme

Yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi trasnsakional dengan lingkungannya (Homo Iudens). Disini diperkenalkan konsep I – Thou relationship. Artinya menunjukkan pentingnya hubungan seorang dengan orang lain sebagai probadi dengan pribadi sesama manusia. Pelakunya adalah Rogers, Combs dan snygg, Maslow

Untuk mengerti manusia secara utuh, kita perlu mengetahui lapisan lapisan :

  1. Lapisan fisik (materi).

Manusia memiliki tubuh (bentuk fisik) sama seperti benda mati, tumbuhan maupun hewan.

  1. Badan Eterik

Merupakan lapisan/unsur hidup yang memungkinkan siklus hidup. Lahir, tumbuh, tua dan mati. Memungkinkan kita merasa lapar haus dan mngantuk. Sakit jug sehat. Manusia, tumbuhan dan hewan memiliki ini.

  1. Badan astral

Badan astral merupakan lapisan yang memungkinkan suatu memiliki nafsu (passion), keinginan (desire) serta perasaan senang atau sedih. Manusia dan binatang memiliki lapisan astral

  1. Lapisan ego

Memungkinkan timbulnya kesadaran “aku”. Yaitu pandangan egoisme dan mau enaknya sendiri. Manusia memiliki lapisan ini.

  1. Lapisan manas
  1. Lapisan Buddhi
  1. Lapisan atma

Keempat lapisan pertama utuh didalam diri manusia, sedangkan 3 lapisan terakhir dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan individunya

Manusia adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam manusia sebenarnya sama sama mempunyai tiga lapisan keberadaan, yaitu : fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran murni (roh, soul, spirit)

  • Hakikat Otak

Otak merupakan struktur yang rumit dan sangat kompleks. Ia memungkinka kita sebagai manusia untuk dapat melakukan berbagai kegiatan yang komples seperti belajar berbagai hal dan kemampuan. Kemampuan untuk mempelajari Advanced skill ini hanya dimiliki oleh manusia. Contoh, ilmuan menemukan handphone, listrik, dan lain lain. Hewan seperti monyet atau kucing tidak akan mampu melakukannya.

Dalam pengembangannya, otak sering dibagi menjadi otak kanan dan kiri. Pada awalnya, ilmuan hanya mengetahui tentang IQ saja, namun seiring dengan penelitian lebih lanjut, peneliti mengetahui bahwa ada berbagai macam kecerdasan. Contohnya, kecerdasan matematis, linguistis, kinestetis, dan lain lain.

Kemudian, Gardner menambahkan teori tentang tiga potensi kecerdasan yaitu naturalis, spiritual, dan existential intelligence.

Zohar dan Marshall melihat fungsi otak menjadi 3 proses ;

  1. Proses berfikir seri (intellectual Quotient / IQ)

Tidak melibatkan perasaan. Rasional. Logis.

Contohnya, pengerjaan soal matematika, fisika, dll

Merupakan alat yang efektif untuk mengeksplorasi dunia materi serta untuk mengumpulkan modal materiil

  1. Berfikit asosiatif (Emotional Quotient / EQ)

Menghubungan suatu hal dengan hal yang lain.

Misalnya rasa lapar dengan makanan, warna merah dengan emosi, warna biru dengn ketenangan, salakan anjing dengan bahaya, dll

Berguna untuk membangun koneksi dan berorganisasi secara efektif

  1. Dan berfikir konvergen (Spiritual Quotient / SQ)

Mengintegrasi IQ dan EQ sehingga diperoleh suatu makna atau kesadaran diri.

Contoh. Kepercayaan dengan Tuhan, Moral dan etika.

Berguna untuk memupuk modal spiritual berupa visi, misi, nilai dan tujuan mendasar dalam kehidupan bersama.

Istilah kecerdasan EQ dikemukakan oleh Peter Salovey 1990. Untuk menggambarkan kualitas kualitas emosioal yang penting bagi keberhasilan.

Kualitas kualitas tersebut antara lain :
1. Empati

  1. Kemampuan untuk mengungkapkan dan memahami perasaan
  2. Pengendalian amarah
  3. Kemandirian
  4. Kemampuan penyesuaian diri
  5. kemampuan pemecahan masalah pribadi
  6. ketekunan,
  7. kesetiakawanan
  8. keramahan
  9. sikap hormat.

Dari 10 hal ini, inti dari kecerdasan emosi (EQ) adalah empati dan pengendalian diri. Berhubungan dengan kemampuan intrapersonal dan interpersonal.

Perlu diingat bahwa eq bukanlah kebalikan dari iq. Mereka bekerja dengan dinamis saling berkesinambungan.

Bagaimana dengan SQ?

SQ pertama kali diperkenalkan oleh Danar Zohar dan Ian Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang berjudul SQ: “Spriritual intelligence – the unlimited intelligence”. SQ memiliki tanda tanda:

  1. Kemampuan bersikap fleksibel
  2. Tingkat kesadaran tinggi
  3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
  4. Kecenderungan untuk selalu bertanya
  5. Dll

SQ ada hubungannya dengan ketuhanan, biologi dan psikologi. Spriritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan langsung antara Tuhan (kekuatan tidak terbatas, potensi murni)

Maka dari bab ini dapat saya simpulkan bahwa :

  1. Kecerdasan intelektual IQ dengan pendekatannya yang rasional hanya dapat mengatasi beberapa permasalahan, namun tidak semuanya. Diperlukan pendekatan lain
  1. Manusia mempunyai berbagai macam kecerdasan. Namun dapat dikelompokkan dalam 3 jenis. Yaitu IQ, EQ dan SQ
  1. SQ berguna untuk mencari makna hidup melalui hubungan dengan Tuhan dan untuk memupuk modal spiritual.
  1. SQ adalah pondasi dari IQ dan EQ. Ketiganya tidak dapat dipisahkan
  1. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia, mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam. Banyak yang keliru menafsirkan bahwa etika hanya menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia lainnya melalui proses penalaran (logika, IQ) saja. Padahal dalam kajian etika, di samping mencari konsep, teori dan penjelasan logis tentang apa yang baik dan tidak baik menyangkut perilaku manusia, hendaknya hasil pemahaman tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses transformasi diri menuju tingkat tingkat kematangan emosi dan kesadaran diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kajian dan implementasi etika melibatkan ketiga kecerdasan secara terpadu, yaitu IQ, EQ dan SQ

BAB 2

“Filsafat, Agama, Etika dan Hukum”

  • Hakikat Filsafat

Filsafat Berasal dari 2 kata Yunani : Philo dan Shopia. Philo artinya cinta sedangkap Sophia artinya bijaksana. Dengan demikian, philoshopia berarti cinta terhadap kebijaksanaan. Namun filsafat berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu ragu, dan filsafat dimulai dari keduanya. Filsafat mendahului pengetahuan. Maka dari itu dapat dibilang bahwa pengetahuan adalah filsafat yang disepurnakan.

Karakteristik utama berfikir filsafat adalah

  1. sifatnya yang menyeluruh,

mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari perspektif bidang per bidang atau sepotong potong.

Ada 3 pokok pembahasan yang dikaji filsafat :

  1. logika (apa yang benar dan saah)
  2. etika (yang baik dan buruk)
  3. estetika (apa yang indah dan jelek)
  1. mendasar,

selalu memastikan suatu informasil /ilmu itu benar atau tidak. Filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah benar

  1. spekulatif

Filsafat selalu ingin mencari jawaban bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahu, tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.

Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan.

No Aspek Filsafat Ilmu
1 Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik, baik yang dapat direkam melalui indra maupun yan tidak Segala sesuatu yang bersifat fisik dan yang dapat direkam melalui indra
2 Epistemologis Pendekatan yang bersifat reflektif atau rasional deduktif Pendekatan ilmiah, menggunakan dua pendekatan; deduktif dan induktif secara saling melengkapi
3 Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat tetapi tidak secara langsung bagi umat manusia Sangat Konkret, langsung dapat dimanfaatkan bagi kepentingan manusia
  • Hakikat Agama

Beberapa pengertian tentang agama :

  • Agus M Harjana (2005) mengutip pengertian agama dari ensiklopedi Indonesia karangan Hassan Shadily. Agama berasal dari bahasa Sansekerta. a berarti “tidak” gam berarti “pergi” dan a berarti bersifat atau keadaan jadi istilah agama berarti : bersifat tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah. Dengan demikian, agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.
  • Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama adalah salah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal – dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi tersebut – kepada kebaikan hidup di akirat.
  • Abdulkadir Muhammed (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu : (a) menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada apa yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang disyariatkan Allah dengan perantara para nabi-nya. Berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci sebagai berikut :

  1. Hubungan manusia dengan seuatu yang tak terbatas, yang transendental, nilai nilai dan norma morma yang diwahyukan langsung oleh ilahi melalui nabi nabi.
  2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nili nilai dan norma noma yang diwahyukan langsung oleh ilahi melalui nabi nabi.
  3. Untuk kebahagiaan Hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.

Ada 3 unsur utama agama yaitu seperti berikut : kitab suci, wahyu dan umat

Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang

  1. Takwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
  2. Susila, moral, atau etika
  3. Ritual, upacara, atau cara beribadat
  4. Tujuan agama

Takwa, dogma atau filsafat ketuhanan merumuskan tentang hakikat Allah (Tuhan) yang dikenal, dialami, diyakini dan dipercaya.

  • Hakikat Etika

Etika berasal dari kata Yunani. Ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin : mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.

Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, di bawah ini dikutip beberapa pengertian etika.

  1. Ada dua pengertian etika :

praktis       = etika berarti nilai nilai dan norma norma moral baik yang dipraktikkan atau

justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan

refleksi      = pemikiran moral

  1. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang adat dan kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk.
  1. Etika memiliki istilah lain yaitu susial. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan atau tingkat lau. Jadi susila berarti kebiasaan atau tingkat laku yang berkenaan dengan hidup yang baik maupun buruknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta hubungan yang baik di antara sesama manusia.
  1. Menurut Kamus besar bahasa indonesia terbitan departemen pendidikan dan kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut :
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
  3. Nilai mengenai benar dan sakah yang dianut suatu golingan atau masyarakat.
  1. Menurut Weber Lawrence etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar atau salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental – bagaimana kita berfikir dan bertindak.
  2. Menurut David P. Baron (2005) etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari 2 hal berikut :

  1. Etika sebagai praktis

Ilmu yang mempelajari tentang moralitas, adat istiadat, nilai nilai dan norma norma masyarakat

  1. Etika sebagai ilmu atau tata susila

Pemikiran /penilaian moral. Etika sebagai pemikiran krtis, metodis an sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep, asas, atau prinsip prinsip tentang perilaku manusia yang diangap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak abik, mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat dan sebagaiannya.

Oleh karena itu, menurut saya, Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya.

Karena itu, mungkin akan dapat dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

Jika demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Perkembangan etika dimulai dari studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.

Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian menurut (Wignjosoebroto, 1999).

Etika dan moral berbeda, etika adalah ilmu yang mempelajari moral, filsafat moral. Etika adalah pemikiran kritis dan mendasar mengenai suatu ajaran moral. Sedangkan moral adalah ajaran yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan oleh manusia supaya lebih baik.

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

  1. Kebutuhan individu (Korupsi alasan ekonomi)
  2. Tidak ada pedoman Area “abu-abu” (sehingga tak ada panduan)
  3. Perilaku dan kebiasaan individu Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi
  4. Lingkungan tidak etis (Pengaruh dari komunitas)
  5. Perilaku orang yang ditiru Efek primordialisme yang kebablasan

Etika & T   eknologi

Teknologi adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia untuk memudahkan pekerjaannya. Kehadiran teknologi membuat manusia “kehilangan” beberapa sense of human yang alami. ( otomatisasi mesin refleks / kewaspadaan melambat ) Cara orang berkomunikasi, by email or by surat, membawa perubahan signifikan, dalam sapaan / tutur kata. Orang berzakat dengan SMS, implikasi pada silaturahmi yang “tertunda” Emosi ( “touch” ) yang semakin tumpul karena jarak dan waktu semakin bias dalam teknologi informasi.

Topik ini menjadi menarik bagi saya karena seminar yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Dimana sekarang jaman digital dimana pertemuan dengan klien semakin lama semakin dipermidah dengan line, whasapp dan aplikasi aplikasi komunikasi lainnya. Dan meskipun mem[ermudah, namun human touch tetap tidak dapat sepenuhnya digantikan dengan line atau whatsapp. Sebagai seorang desainer tetap menjadi penting bagi kita untuk dapat bertemu dengan klien kita sesering mungkin. Dan menurut saya, ini adalah saah satu dari etika profesi yang harus dimiliki seoran desainer. Etika etika lainnya seperti tidak membawa flash disk ke tempat kerja dan selalu menepati deadline juga salah satu jadi etika profesi yang harus ditaati seorang desainer.